Dalam pembuatan sebuah instrumen soal harus memenuhi syarat-syarat sehingga instrumen tersebut layak digunakan. Jika tidak memenuhi syrat-syarat maka instrumen soal tersebut perlu direvisi lagi. Oke kali ini kta akan membahas mengenai syarat layak atau tidak soal itu digunakan. Suatu soal sebelum digunakan harus diuji terlebih dahulu valid, realbel, daya beda dan taraf kesukrannya.
a.
Uji
Validitas
Sebuah tes valid bila tes dapat
tepat mengukur apa yang hendak diukur (Winarni, 2001: 193). Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas soal adalah teknik korelasi
product moment angka kasar. Rumusnya adalah :
r =
Keterangan
:
r = angka indeks korelasi r product moment
∑xy =
jumlah hasil perkalian antara x dan y
∑x
= jumlah skor soal
(x)
∑y
= jumlah skor total (y)
N = jumlah seluruh sampel
Interpretasi
besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
•
0,80 - 1,00 : validitas sangat tinggi
•
0,60 - 0,80 : validitas tinggi
•
0,40 - 0,60 : validitas cukup
•
0,20- 0,40 : validitas rendah
•
0,00 - 0,20 : validitas rendah atau tidak
valid
(Winarni, 2011: 193-194)
b.
Uji
Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah
dapat dipercaya/reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga (Arikunto, 2010:
221).
Adapun rumus yang digunakan
yaitu :
Keterangan :
= reliabilitas instrumen
= banyaknya butir soal
= jumlah varian butir
= varian
total
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11)
digunakan patokan sebagai beikut :
a) Apabila r11 sama dengan atau lebih besar dari
pada 0,70 berartis tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya
dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (= reliabel).
b) Apabila r11 lebih kecil dari pada 0,70
berartis tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum
memiliki reliabilitas yang tinggi ( un-reliabel
) (Sudijono, 2011: 209).
c.
Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran tes adalah kemampuan
tes tersebut dalam menjaring banyaknya subjek peserta tes yang dapat
mengerjakan dengan betul. Jika banyak subjek peserta tes yang dapat menjawab
dengan benar, maka taraf kesukaran tes tersebut rendah. Sebaliknya, jika hanya
sedikit dari subjek yang menjawab dengan benar maka taraf kesukarannya tinggi.
Taraf kesukaran dinyatakan dengan P dan dicari dengan rumus:
P =
Keterangan
:
P
= indeks kesukaran
B
= banyak siswa yang menjawab benar
JS
= jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria
indeks kesukaran:
- 0,0 –
0,3 = sukar
- 0,3 –
0,7 = sedang
- 0,7 –
1,0 = mudah
(Winarni, 2011 : 179)
d.
Daya Pembeda
Daya pembeda tes adalah kemampuan
tes tersebut dalam memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang
kurang pandai. Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir
tes adalah:
D = -
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta
kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
JBA = banyaknya
peserta kelompok atas yang menjawab benar
JBB
=
banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria
daya beda:
- 0,0 – 0,2 =
jelek
- 0,2 – 0,4 =
cukup
- 0,4 – 0,7 =
baik
- 0,7 – 1,0 =
baik sekali
(Winarni, 2011 : 179)
demikianlah pembhasan kali ini,,jika ada yang ingin ditanyakan silahkan tulis di komentar...